Bayangkan ku melayang Seluruh nafasku terbang Bayangkan ku menghilang Semua tanpa mu teman Bila nafasku lepas Semua langkahnya lelah Semua waktu yang hilang Tapi bayangmu tetap Ingat ’kan aku semua, wahai sahabat Kita untuk selamanya, . Dari ruang kamar gua terdengar lagu
“sahabat” milik
Peterpan.
Dulu gua suka banget sama lagu ini tapi sekarang sepertinya ngga berarti lagi. Dulu lagu ini lagu yang sering gua nyanyikan ketika bergadang dengannya. Lagu tema persahabatan antara gua dan Budi. Sebenarnya kami memiliki begitu banyak perbedaan namun perbedaan itulah yang sering menyatukan antara kami berdua.
Seringkali kami beradu argumentasi hanya hal-hal yang sepele. Tapi itulah kami berdua.
Namun semuanya menjadi berubah setelah gua menangkap basah Budi berjalan berduaan dengan evi, kekasih gua.Benar-benar menyebalkan. Gua benar-benar marah semarah marahnya. Gua ngga pernah menyangka sama sekali kalau sahabat yang selama ini gua percaya tega banget melukai perasaan gua. Tapi sekarang semuanya berubah. Buat yang pernah dikhianati oleh sahabat sendiri, pasti tahu gimana perasaan gua.
Mulai detik ini juga, juga gua memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan Budi! Sms dan telpon darinya gua cuekin. Gua mencoba untuk melupakan saja persahabatan kami. Untuk apa bersahabat dengan orang yang modelnya kayak Budi. Gua menyesal terlalu percaya sama dia. Gua malu pernah memperkenalkan ke semua orang kalau Budi adalah sahabat terbaik yang pernah gua punya.
Semua rahasia dalam hidup gua, gua ceritakan ke dia. Dan hanya loe yang tau. Ngga ada yang gua tutup-tutupi darinya. Ternyata muka polos budi yang penuh dengan senyuman manis ngga ada bedanya dengan pejabat korup. Bahkan mungkin lebih parah.
Namun nasi telah menjadi bubur. Gua ngga mungkin bisa mendelete semua memori tentang rahasia gua yang pernah gua ceritain ke Budi. Satu lagi, ngga ada pintu maaf untuknya. Pintu maaf itu telah tertutup rapat. Terkunci dan kuncinya telah gua buang ke lautan kebenciaan. Ternyata gua salah menilainya meski kami sudah bersahabat sejak masih duduk di bangku SD.
Tapi malam ini diantara dinginnya tembok kamar dan sepinya malam, kok gua bisa tiba-tiba memikirkan Budi? OMG! Apa gua udah gila? Atau jangan-jangan, gua dipelet sama dia?
Terakhir kali Budi sempat nelpon gua dan ngomong “kok loe berubah? Kenapa loe selalu menghindar dari gua? Loe ada masalah ya? Apa yang bisa gua bantu?”
Gua langsung memutuskan pembicaraan hari itu dengan satu kalimat, “jangan ganggu gua lagi!”
Gua harus mengakui kalau Budi orang terbaik yang pernah menjadi sahabat gua. Tapi itu dulu, sebelum kejadian itu…..
Gua ngga pernah menyangka kalau Budi bisa berduaan dan smsan dengan orang yang gua cintai. Dan dia sendiri tahu betapa gua mencintai evi. Gua benar-benar cinta mati dengan dia!!! budi tahu gimana perasaan gua, saat gua tahu itu semua? Hati gua hancur berkeping-keping. Remuk! Selamat buat Budi yang telah menghancurkan hati gua.
Diantara emosi gua yang meledak-ledak, tiba-tiba ada message yang masuk di blackberry gua.
Gua mengucek mata gua berkali-kali sambil memperhatikan baik-baik abjad yang tersusun di layar Blackberry gua. Message dari pacar gua, EVI.
Tanpa berpikir panjang gua langsung nelpon dia.
“Maksud message loe apa? Gua ngga ngerti?
“Ya ampun! Sayang, aku itu smsan sama Budi karena aku mau cari tahu barang yang kamu paling dambakan tapi belum kamu miliki. Kamukan ngga pernah mau cerita tentang hal itu sama aku. Makanya aku tanya dia, siapa tahu saja sahabat kamu itu tahu. Eh, ternyata benar, dia tahu! Apa lagi dia ngerti selera kamu. Makanya aku minta tolong sama dia. Aku hanya mau ngasih kejutan yang bisa berkesan buat rayain satu tahun kita jadiaan. Ngga lebih dan ngga kurang dari itu.”
Tenggorokan gua rasanya kering. Gua mendadak ngga punya tenaga. Blackberry terlepas dari tangan gua. Gua ngga memperdulikan lagi suara kekasihku di seberang telpon sana. Ya Tuhan, ternyata ini semuanya hanya masalah salah paham! Gua benar-benar jahat. Ngga satu pun permintaan maafnya via sms gua balas dan gua ngga menggubris secuil pun. Dan semuanya berakar dari diri gua sendiri. Gua benar-benar egois. Ego gua telah membutakan mata hati dan pikiran gua.
Persahabatan kami menjadi korban atas ego gua. Emosi yang meledak-ledak dan cemburu buta yang menyerang membuat gua ngga bisa berpikir dengan sehat untuk memberikan kesempatan dia mejelaskan semuanya.
Seribu penyesalan menghantui kepala gua.
“Gua harus minta maaf…” kata gua kepada Chimol dan Alsel yang lagi nongkrong di kamar gua.
“Maaf? Ngapain juga? Ntar ngga lama lagi normal juga tuh!” ucap Chimol.
“Mesti minta maaf. Semuanya masih bisa diperbaiki kok!” pendapat Alsel.
“Untuk apa minta maaf? Malu-maluin aja! Kalau dia ngga mau maafin gimana? Mau simpan dimana tuh muka loe?” tanya Chimol.
Ahhhhh….kedua teman kampus gua beragumentasi dengan opini mereka masing-masing.
Entah apa yang mendorong gua sehingga gua meraih blackberry gua dan mengirim message ke Budi, “Maaf ya! Selama ini gua ternyata salah. Gua salah paham sama loe!”
Di saatku butuh dirimu Ku inginkan kau disisiku Saat kau perlukan hadirku Ku janjikan ada untukmu
Jangan pernah ‘tuk menghilang
Ku nantikan saat bersama Penuh cerita dan ceria Redakan beban yang terasa Memberi warna dalam jiwa
Ku akan selalu berjanji Untuk segera sampai nanti Kan selalu ada untukmu temani harimu
Jangan pernah ‘tuk menghilang Karena kaulah sahabatku
Berjanjilah tak meninggalkanku Dan janjilah kau tak melupakanku nanti Dan kita harus selalu menjaga Arti dari sebuah persahabatan kita ini
Jangan pernah ‘tuk menghilang
Jangan pernah ‘tuk menghilang Karna kaulah sahabatku
Gua menunggu balasan messagenya sambil mendengarkan lagu
“sahabat” miliknya
Garasi. Namun waktu terus berjalan dan dia ngga membalas message gua! Apa dia marah? Apa dia ngga mau maafin gua? Apa dia sudah benar-benar ngga menganggap gua sebagai sahabatnya lagi?
“Benarkan? Malu-maluin aja! Dia ngga maafin loe,” ucap Chimol sambil menatap gua.
“Positif thingking! Mungkin dia sudah tidur! Atau kehabisan pulsa,” timpal Alsel.
Gua terlelap dalam kelelahan sampai ada suara….
“Tok…Tok…Tok…” Seseorang mengetuk pintu kamar gua.
“Siapa?” gua bertanya dengan malas dan dengan rasa kantuk yang masih menyerang gua.
“Budi…”
What?!!! Itu suara dia! Ngapain dia pagi-pagi buta ke sini?
Suara ketukan pintu kamar gua terus bertubi-tubi kedengaran. Gua bangkit berdiri dan membuka pintu.
“Ngapain loe ke sini?”
“Lutfi…Gua minta maaf kalau gua salah. Loe harus dengar dulu penjelasan gua…”
“Bodoh amat!” teriak gua lalu membanting pintu dan mengkuncinya. Gua malas berurusan sama orang kayak gitu. Hufff!!!!
Suara keras gua membangunkan Chimol dan Alsel yang kemudian pamit pulang menyusul kepergian Budi.
Diantara heningnya pagi terdengar suara langkah kaki sahabat-sahabat gua menuruni tangga. Langkah kaki yang ngga bersemangat. Gua beringsut menuju ke tempat tidur gua. Gua melihat sekilar Blackberry gua. Ada beberapa missed call dari dia dan satu sms dari Budi juga.
“Kawan…Maaf semalam gua nginap di rumah Achonk dan lupa bawa hp. Gua minta maaf! Gua ngga ada maksud sama sekali untuk merebut Evi dari loe. Loe sahabat gua. Gua ngga mungkin mengkhianati persahabatan kita. Evi hanya minta tolong agar gua bantu dia untuk mencari barang yang kamu idamkan. Hanya itu. Sorry kalau gua ngga bilang-bilang ke loe karena Evi melarangnya!”
Gua melihat ke jendela kamar. Budi telah pergi dengan motor kesayangannya di antara gerimis pagi yang membasahi bumi.
Kali ini gua melakukan kesalahan lagi hanya karena gua menuruti kemarahan dan kecemburuan gua sendiri. Kenapa penyesalan selalu datang terlambat? Tapi bukan penyesalan namanya kalo datangnya diawal. Gua sebenarnya marah karena dia ngga membalas sms gua semalam. Dan, lagi-lagi gua ngga memberikannya kesempatan untuk memberi penjelasan. Gua menjatuhkan penghakiman sendiri tanpa mendengar pembelaannya. Adilkah ini baginya?
Gua lagi-lagi meminta pendapat Chomol dan Alsel
“Ngga usah!” komentar Chimol.
“Loe ngga salah apa-apa kok. Salah dia sendiri, kenapa sampe lupa bawa hpnya?” Lanjutnya kemudian via mesage di blackberry.
“Ngga ada kata terlambat. Tapi meski pun itu terlambat. Itu jauh lebih baik dari pada sama sekali ngga! Loe harus minta maaf!” pendapat Alsel yang bertolak belakang dengan pendapat Chimol.
“Jangan! Gengsi dong! Masa loe terus yang harus minta maaf?”
Lagi-lagi dan lagi-lagi gua ngga mendapatkan solusi apa-apa dari mereka berdua. Beradu argumentasi tanpa hentinya.
Sejam kemudian, gua menelponnya dan lagi-lagi dia ngga mengangkatnya. Tepatnya handphonenya ngga aktif. Gua putus asa setelah berkali-kali gagal menghubunginya. Gua merebahkan diri gua di kasur. Gua mengurung diri gua di kamar sepanjang hari. Gua ngga memiliki gairah dan semangat hari ini.
Gua memperhatikan semua foto gua yang menghiasi kamar. Foto hasil jepretan Aron. Katanya, foto gua adalah foto cowok terimut sejagad raya. Dia emang fotografer yang handal dan gua model yang tepat untuknya. Apa lagi gua orang sangat narsis. Itulah yang membuat kami semakin dekat dari dulu sampai sebelum peristiwa ini.
Menjelang malam, pembantu gua masuk ke kamar gua dengan sebuah bingkisan. Dengan hati-hati gua membuka bingkisan itu setelah pembantu gua pergi meninggalkan gua sendiri. Gua berharap itu dari sahabat gua, Budi. Tapi ternyata dari Evi, kekasih gua.
Astaga! Iphone idaman gua! Iphone keluaran terbaru yang selama ini gua idam-idamkan. Setiap kali gua ke mal, gua suka melihat harganya. Gua berharap harganya turun drastis atau ada diskon 50% agar gua bisa memiliki iphone itu. Setiap lomba yang hadiahnya adalah iphone itu, pasti gua ikut meski gagal melulu. Uang tabungan gua ngga pernah cukup untuk membelinya. Dan…Hanya Budi yang tahu kalau gua pengen banget memiliki iphone itu. Sama seperti pertama kali gua cerita sama dia, bahwa gua cinta mati sama Evi.
Diantara rasa senang, terlintas wajah Budi. Entah dimana dia sekarang? Gua ingin membagi kebahagiaan ini bersamanya. Gua ingin bilang, “Budi…Akhirnya gua dapetin juga Iphone ultra 4G, idaman gua!”
Ingin sekali gua datang ke rumahnya untuk menemuinya. Minta maaf dan berbagi kebahagian ini. Tapi masih ada sisa kemarahan dan kecemburuan mengurung niat gua tersebut.
Seminggu berlalu… Gua melewati hari-hari yang penuh tanda tanya dan rasa kehilangan seorang sahabat. Budi tiba-tiba muncul di hadapan gua. Dia muncul di rumah gua dengan wajah yang berbeda. Tak ada senyum yang selalu dia lontarkan. Yang ada raut kesedihan.
Mulut gua terkunci rapat. Mata gua memancarkan kekagetan yang luar biasa! Kepala gua penuh dengan tanda tanya.
Dia mencoba mengukir senyuman manisnya meski gua tahu itu adalah sebuah senyuman yang agak dipaksakan. Belum sempat gua bertanya, “Ada apa dengan dirinya.” Dia langsung berbicara.
“Maaf! Gua tiba-tiba menghilang! Seminggu yang lalu nyokap gua kecelakaan . Beliau harus di rawat di rumah sakit. Gua ngga bisa menghubungi loe karena gua menjual blackberry gua untuk menutupi biaya perawatan nyokap gua selama di rumah sakit.”
Gua langsung memeluknya. Pelukan seorang sahabat.
“Seharusnya gua yang minta maaf. Loe ngga salah apa-apa. Ini semua salah gua. Gua terlalu egois.”
“Udah-udah. Jangan lama-lama pelukannya. Ntar ada wartawan. Bisa-bisa fans cewek loe semuanya pada kabur deh. Hahaha….”
Gua melepaskan pelukan itu. Gua tertawa. Seperti dulu, dia mampu membuat gua tertawa dengan banyolannya. dengan tingkahnya yang konyol.
“Eh udah dengar belum lagunya Nidji yang arti sahabat?”
“Belum,” jawab gua.
“Mau gua nyanyi atau dengar via hp gua?”
“Sebaiknya gua milih pilihan kedua deh. Hahaha…”
“Ok! Tapi kita nyanyi bareng ya?”
Gua hanya tersenyum sampai lagu itu mengalun dari handphone barunya.
tak mudah untuk kita hadapi perbedaan yang berarti tak mudah untuk kita lewati rintangan silih berganti
kau masih berdiri kita masih di sini tunjukkan pada dunia arti sahabat
kau teman sehati kita teman sejati hadapilan dunia genggam tanganku
tak mudah untuk kita sadari saling mendengarkan hati tak mudah untuk kita pahami berbagi rasa di hati
kau adalah.. tempatku membagi kisahku kau sempurna jadi bagian hidupku apapun kekuranganmu..
thanks ya yang sudah membaca,
Follow me @LoveMusic_Jazz
Yahoo Massengger ZADAY_99
Bukan untuk ajang exis tapi gua cmang mencurahkan isi pikiran gua untuk membuat tulisan yang mungkin menurut kalian kurang menarik... sekali lagi gua sangat makasi atas kunjungannya,,
Salam Hangat Dari ARBUJA & Om Badut