Panorama pantai Cilincing di sore hari terasa indah. Hembusan angin yang sepoi-sepoi melenakan siapa saja. Matahari tampak malu-malu bergulir di bibir cakrawala lalu meluncur anggun mencium permukaan laut. Detik berganti menit dan menit terus berjalan, perlahan-lahan laut mulai menghitam. Perlahan namun pasti bola matahari itu terbenam. Ruas cahaya terakhir yang dipancarkannya membiaskan sapuan jingga ke langit. Menciptakan panorama yang memancing desah kagum bagi siapa saja yang melihatnya.
Tidak jauh dari bibir pantai Cilincing, ada sebuah Pura. Sebuah pura megah yang berdiri dan menjadi saksi bisu kemesraan yang setiap hari dilukiskan oleh laut dan matahari. Nikita membenamkan tubuhnya dalam pelukan mesra kekasihnya. Willy hanya membelai mesra rambut hitam Nikita yang diterpa angin.
Dalam naungan cuaca yang mulai meredup. Ketika kegelapan yang samar mulai menyapa, mereka semakin mesra.
“Seperti matahari dalam pelukan laut,” bisik Nikita terharu. “Kita tak akan saling melepaskan meski apa pun yang terjadi.”
Willy menggenggam erat tangan Nikita. Seakan ingin menyimpan dan mengabadikannya dalam relung hatinya yang paling dalam. Detik berikutnya, Willy memandang wajah kekasihnya dengan penuh kasih sayang. Meski kegelapan mulai menyapa namun itu tak mampu melenyapkan pancaran keindahan wajah Nikita. Rambutnya yang tergerai bebas melewati bahu, kusut dibelai angin senja, menebarkan keharuman yang menggoda. Sementara desah nafasnya yang hangat, aroma tubuhnya yang semerbak, membuatnya tak pernah bosan walaupun mereka selalu bergelimang dalam madu kasih.
Nikita tidak ingin kehilangan Willy. Kalau boleh memilih, dia ingin berada disamping Willy untuk selama-lamanya.
Namun dorongan gelombang cinta yang demikian besar, memaksanya meraih pilihan lain. Karena dia sadar, cinta selalu memberi. Bukan meminta. Menuntut. Menguasai.
“Akan ada seorang gadis yang akan datang menggantikanku, sayang,” bisiknya lembut di antara desau angin yang menerpa. “Aku berjanji akan mengirimkannya untukmu. Untuk mendampingimu. Mencintaimu. Seorang gadis yang sepertiku bahkan lebih. Yang disediakan Tuhan untukmu.”
“Tidak,” Willy menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibirnya menahan tangis. “Tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan tempatmu di hatiku.”
Willy menaruh seraut wajah Nikita di antara kedua belah tangannya. Seolah-olah dia menimang sebentuk piala berlian yang sangat berharga.
“Dia akan terbit seperti matahari esok pagi,” gumam Nikita halus. “Setelah malam yang gelap, dia akan merekah di bibir cakrawala. Begitu kamu melihatnya, kamu tahu aku yang mengirimkannya untukmu.”
Dari kejauhan, anak-anak jalanan yang memakai baju bertuliskan HOME (house of mercy) lagi lesehan di pantai bernyanyi sambil bermain gitar. Senandung lagu lembut yang mampu menggetarkan hati Willy.
Sejak Ia pergi dari hidupku ku merasa sepi dia tinggalkan ku sendiri
tanpa satu yang pasti aku tak tau harus bagaimana aku merasa tiada berkawan selain dirimu selain cintamu
Kirim aku malaikatmu biar jadi kawan hidupku dan tunjukan jalan yang memang kau pilihkan untukku
Kirim aku malaikatmu karena ku sepi berada di sini dan di dunia ini aku tak mau sendiri
tanpa terasa aku teteskan air mata ini yang tiada berhenti mengiringi kisah di hati
(Aku tak mau sendiri- BCL)
………………….
Willy terbangun dari tidurnya. Ia mengatur nafasnya. Mimpinya seolah-olah nyata. Sudah 12 malam berturut-turut dia memimpikan Nikita kekasihnya yang telah meninggalkannya karena kecelakaan. Willy bangkit dan meraih gunting kuku yang sudah dipersiapkannya untuk diberikan tepat ULTAH Nikita yang ke tujuh belas. Gunting kuku manis yang sengaja dipesannya. Gunting kuku yang bertuliskan namanya dan Nikita. Kenangan yang akan selalu tersimpan dihatinya adalah saat-saat dimana NIkita memotong kukunya yang panjang. Tiba-tiba blackberry barunya berbunyi. Ada pesan yang masuk. Di raihnya BB yang tergeletak tidak jauh dari tangannya. Dengan mata yang berat dibacanya sebuah pesan dari some one.
“Cinta baru sempurna jika terasa menyayat, seperti segumpal tanah liat yang akan baru tampil indah setelah dipahat. Cinta menjadi abadi jika tak terjangkau. Ibarat bumi selalu mengitari matahari. Karena tak mampu meraihnya, selamanya menjadi bayangan yang tak terengkuh….Ditinggalkan jauh lebih menyakitkan daripada diputuskan. Namun lebih menyakitkan lagi ketika kita tidak mengerti bahwa terkadang Tuhan izinkan kita kehilangan seseorang untuk kebaikan kita sendiri….. Kehilangan akan membuat kita merasa rapuh tapi disisi lain kehilangan bisa membuat kita tegar.
Tetapi sesuatu Yang hilang belum tentu meninggalkan kekosongan, karena jejak-jejak yang ditinggalkannya tak pernah benar-benar hilang.Maka, mari belajar untuk mencintai kehilangan itu, karena ia adalah bagian alamiah dari hidup. Kehilangan membuat banyak pelajaran dan pengalaman baru buat kita kita dapat menerima dengan baik proses itu, menerima diri kita sendiri, kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan ketika kita kehilanga, Kemenangan hidup bukan berhasil mendapat banyak, tetapi ada pada kemampuan menikmati apa yang didapat tanpa menguasai. Pelajaran dari beberapa kehilangan, bahwa dalam setiap kehilangan ada pembelajaran yang membuat jiwa makin dewasa. Atau mungkin menjadi sebuah proses lepasnya sebuah ego dalam diri. Di saat kehilangan, kita jadi meringkuk seperti bayi yang tak punya kuasa. Menyadari bahwa sekuat apapun jiwa dan diri, setiap hidup tak pernah lepas dari kehilangan. Bahwa cerita di dunia ini bukan hanya celoteh kita, tapi ada celoteh lain yang harus didengarkan, dipenuhi dan dijalankan. Tak lain demi harmonisasi.“
Willy memejamkan matanya. Air matanya jatuh tak tertahan. Kini dia menyadari kehilangan bukan segala-galanya.
………………………
Tidak jauh dari bibir pantai Cilincing, ada sebuah Pura. Sebuah pura megah yang berdiri dan menjadi saksi bisu kemesraan yang setiap hari dilukiskan oleh laut dan matahari. Nikita membenamkan tubuhnya dalam pelukan mesra kekasihnya. Willy hanya membelai mesra rambut hitam Nikita yang diterpa angin.
Dalam naungan cuaca yang mulai meredup. Ketika kegelapan yang samar mulai menyapa, mereka semakin mesra.
“Seperti matahari dalam pelukan laut,” bisik Nikita terharu. “Kita tak akan saling melepaskan meski apa pun yang terjadi.”
Willy menggenggam erat tangan Nikita. Seakan ingin menyimpan dan mengabadikannya dalam relung hatinya yang paling dalam. Detik berikutnya, Willy memandang wajah kekasihnya dengan penuh kasih sayang. Meski kegelapan mulai menyapa namun itu tak mampu melenyapkan pancaran keindahan wajah Nikita. Rambutnya yang tergerai bebas melewati bahu, kusut dibelai angin senja, menebarkan keharuman yang menggoda. Sementara desah nafasnya yang hangat, aroma tubuhnya yang semerbak, membuatnya tak pernah bosan walaupun mereka selalu bergelimang dalam madu kasih.
Nikita tidak ingin kehilangan Willy. Kalau boleh memilih, dia ingin berada disamping Willy untuk selama-lamanya.
Namun dorongan gelombang cinta yang demikian besar, memaksanya meraih pilihan lain. Karena dia sadar, cinta selalu memberi. Bukan meminta. Menuntut. Menguasai.
“Akan ada seorang gadis yang akan datang menggantikanku, sayang,” bisiknya lembut di antara desau angin yang menerpa. “Aku berjanji akan mengirimkannya untukmu. Untuk mendampingimu. Mencintaimu. Seorang gadis yang sepertiku bahkan lebih. Yang disediakan Tuhan untukmu.”
“Tidak,” Willy menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibirnya menahan tangis. “Tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan tempatmu di hatiku.”
Willy menaruh seraut wajah Nikita di antara kedua belah tangannya. Seolah-olah dia menimang sebentuk piala berlian yang sangat berharga.
“Dia akan terbit seperti matahari esok pagi,” gumam Nikita halus. “Setelah malam yang gelap, dia akan merekah di bibir cakrawala. Begitu kamu melihatnya, kamu tahu aku yang mengirimkannya untukmu.”
Dari kejauhan, anak-anak jalanan yang memakai baju bertuliskan HOME (house of mercy) lagi lesehan di pantai bernyanyi sambil bermain gitar. Senandung lagu lembut yang mampu menggetarkan hati Willy.
Sejak Ia pergi dari hidupku ku merasa sepi dia tinggalkan ku sendiri
tanpa satu yang pasti aku tak tau harus bagaimana aku merasa tiada berkawan selain dirimu selain cintamu
Kirim aku malaikatmu biar jadi kawan hidupku dan tunjukan jalan yang memang kau pilihkan untukku
Kirim aku malaikatmu karena ku sepi berada di sini dan di dunia ini aku tak mau sendiri
tanpa terasa aku teteskan air mata ini yang tiada berhenti mengiringi kisah di hati
(Aku tak mau sendiri- BCL)
………………….
Willy terbangun dari tidurnya. Ia mengatur nafasnya. Mimpinya seolah-olah nyata. Sudah 12 malam berturut-turut dia memimpikan Nikita kekasihnya yang telah meninggalkannya karena kecelakaan. Willy bangkit dan meraih gunting kuku yang sudah dipersiapkannya untuk diberikan tepat ULTAH Nikita yang ke tujuh belas. Gunting kuku manis yang sengaja dipesannya. Gunting kuku yang bertuliskan namanya dan Nikita. Kenangan yang akan selalu tersimpan dihatinya adalah saat-saat dimana NIkita memotong kukunya yang panjang. Tiba-tiba blackberry barunya berbunyi. Ada pesan yang masuk. Di raihnya BB yang tergeletak tidak jauh dari tangannya. Dengan mata yang berat dibacanya sebuah pesan dari some one.
“Cinta baru sempurna jika terasa menyayat, seperti segumpal tanah liat yang akan baru tampil indah setelah dipahat. Cinta menjadi abadi jika tak terjangkau. Ibarat bumi selalu mengitari matahari. Karena tak mampu meraihnya, selamanya menjadi bayangan yang tak terengkuh….Ditinggalkan jauh lebih menyakitkan daripada diputuskan. Namun lebih menyakitkan lagi ketika kita tidak mengerti bahwa terkadang Tuhan izinkan kita kehilangan seseorang untuk kebaikan kita sendiri….. Kehilangan akan membuat kita merasa rapuh tapi disisi lain kehilangan bisa membuat kita tegar.
Tetapi sesuatu Yang hilang belum tentu meninggalkan kekosongan, karena jejak-jejak yang ditinggalkannya tak pernah benar-benar hilang.Maka, mari belajar untuk mencintai kehilangan itu, karena ia adalah bagian alamiah dari hidup. Kehilangan membuat banyak pelajaran dan pengalaman baru buat kita kita dapat menerima dengan baik proses itu, menerima diri kita sendiri, kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan ketika kita kehilanga, Kemenangan hidup bukan berhasil mendapat banyak, tetapi ada pada kemampuan menikmati apa yang didapat tanpa menguasai. Pelajaran dari beberapa kehilangan, bahwa dalam setiap kehilangan ada pembelajaran yang membuat jiwa makin dewasa. Atau mungkin menjadi sebuah proses lepasnya sebuah ego dalam diri. Di saat kehilangan, kita jadi meringkuk seperti bayi yang tak punya kuasa. Menyadari bahwa sekuat apapun jiwa dan diri, setiap hidup tak pernah lepas dari kehilangan. Bahwa cerita di dunia ini bukan hanya celoteh kita, tapi ada celoteh lain yang harus didengarkan, dipenuhi dan dijalankan. Tak lain demi harmonisasi.“
Willy memejamkan matanya. Air matanya jatuh tak tertahan. Kini dia menyadari kehilangan bukan segala-galanya.
………………………